GURU DI TIGA PULUH KELAS
Temuan South
China Morning Post perihal pasien pertama yang terinfeksi Virus
COVID-19 diikuti oleh tayangan televisi yang menampilkan sejumlah korban terinfeksi
virus itu bertumbangan tiba-tiba membuat jagat raya heboh. Dalam ulasan yang
lebih detail digambarkan pula dengan jelas bagaimana virus COVID-19 menular
dengan cepat, bertahan dengan hebat, dan mengakibatkan korbannya terbunuh
dengan mudah. Penduduk dunia kalut seketika dengan pandemi COVID-19, berbagai
upaya dilaksanakan Para Pimpinan Negara agar dampaknya terkendali. Diantaranya
penambahan Rumah Sakit, peningkatan fasilitas kesehatan, pembatasan aktifitas warga, bahkan ada yang
melaksanakan program LOCK DOWN total dalam waktu dua pekan penuh.
Meski Indonesia memiliki
catatan rendah kasus COVID–19 namun trend kasus positif terjangkit COVID-19 dalam
dua pekan terakhir melonjak tajam (Okezone; Jumat,20-03-2020 – 12.31). Jumlah penduduk
yang besar dan rendahnya kesadaran masyarakat terhadap bahaya COVID-19 membuat
Pemerintah melakukan sejumlah kebijakan terintegrasi antar Depatemen.
Departemen Pendidikan
dan Kebudayaan dalam hal ini melaksanakan kebijakan SOCIAL DISTANCES
MEASUREMENT dengan membelajarkan peserta didik dirumah. Bentuk praktiknya di
Kabupaten Tanah Datar adalah pelaksanaan pembelajaran dalam jaringan. Hal ini merujuk
pada Surat Edaran Kepala Dinas Pedidikan dan Kebudayaan Nomor:
421.1/840/Dikbud-2020 yang berisi delapan point penting kegiatan layanan
pembelajaran selama penanganan dampak COVID-19.
Terhitung sejak
tanggal 20 Maret 2020 hingga 1 April 2020 interaksi Guru-Siswa hanya melalui
jaringan internet. Guru diinstruksikan merancang pembelajaran melalui WA
(whatsapp) disekolah dan selanjutnya mempublish konten belajar pada siswa yang
terintegrasi dalam grup whatsapp kelas (WAGK) ataupun whatsapp mata pelajaran
(WAGMP). Dalam postingan Lastrawati, M. Pd mengutip pendapat Indra Jaya Nauman (WA
20/03/2020:00.14) dijelaskan prosedur mempersiapkan belajar di rumah melalui WA
sebagai berikut;
1. Pastikan semua
siswa dan guru punya WA.
2. Buat grup sesuai
kelas (sebaiknya yang jadi admin wali kelas)
3. Daftarkan semua
siswa dan guru yang mengajar di kelas tsb jadi anggota grup. Bisa ditambahkan
Kepsek atau Wakasek, Pengawas Sekolah dan
Guru BK
4. Guru
mendistribusikan tugas (KBM) melalui grup sesuai jadwal pelajaran.
5. Siswa
menyetorkan tugas melalui japri.
6. Guru
menyampaikan resume, catatan umum
melalui grup.
7. Guru juga bisa
memberikan layanan personal melalui japri
Dari pantauan dan wawancara
singkat dengan guru mata pelajaran Bahasa Inggris, Elwirda, S. Pd pada hari
Jumat 20/03/2020 didapat keterangan; 1) peserta didik merespon materi yang di
publish, 2) interaksi anggota whatsapp mata pelajaran (WAGMP) cukup cair, 3)
peserta didik menyetorkan tugas dalam bentuk foto, 4) keikutsertaan peseta
didik cukup tinggi, 5) historis interaksi guru dengan anggota whatsapp mata
pelajaran (WAGMP) sulit dilacak, 6) penilaian tidak terekap dalam aplikasi.
Jawaban yang sama diperoleh
hampir dari semua guru yang melaksanakan pembelajaran hari ini. Seluruhnya terdapat
tiga puluh sesi, dengan enam kelas. Ah, whatsapp memang luar biasa. Menjadi teman
guru di tiga puluh ssesi tanpa letoy…